Maksud Kehendak yang Bersifat Keseluruhan dan yang Bersifat Sebagian Kecil
Pertanyaan. Apa maksud dari kehendak yang bersifat keseluruhan dan yang bersifat sebagian kecil?
Jawaban. Yang dimaksud dengan kehendak yang bersifat keseluruhan adalah kehendak yang dimiliki oleh Allah Swt. semata. Akan tetapi, istilah seperti ini tidak ada di masa sahabat, tabi’in, dan generasi setelah mereka. Mereka tidak menamakan kehendak Allah Swt. dengan istilah kehendak yang bersifat keseluruhan, dan mereka tidak pula menamakan kehendak manusia dengan kehendak dalam makna sebagian kecil. Namun, memberikan nama masalah ini dengan nama tersebut tidaklah bermasalah. Sebab, semua itu ditujukan agar dimengerti oleh kaum awam, dan karena penjelasan di seputar masalah ini akan mengundang banyak kritikan secara terbuka maupun tertutup.
Sebenarnya, istilah seperti itu hanya timbul dari pengutaraan yang lazim, dan penentuan atas hasil-hasil kejadian yang berlaku. Oleh karena itu, mungkin saja kami menganggapnya sebagai sandaran yang sesuai.
Yang dimaksud dengan kehendak yang bersifat keseluruhan adalah, kehendak yang dimiliki oleh Allah Swt. saja. Yaitu, kehendak yang bersifat mutlak untuk Allah semata. Maksudnya, apa saja yang dikehendaki oleh Allah Swt. pasti akan diciptakan oleh-Nya tanpa menunggu penyesuaian dengan kehendak yang lain. Jadi, apa saja yang dikehendaki oleh Allah Swt. pasti akan terjadi, dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak akan pernah terjadi. Allah Swt. adalah Penguasa Tunggal di alam semesta ini. Sebab, pada saat Allah Swt. menciptakan alam semesta ini, Dia menciptakan sendiri menurut kehendak-Nya, tanpa perundingan dengan siapa pun. Sebagaimana telah disebutkan di dalam firman Allah Swt. berikut ini, “Mahakuasa berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya,” (QS Al-Burûj [85]: 16).
Meskipun demikian, Allah Swt. masih bersikap bijak ketika memberi manusia sebagian dari kehendak. Hingga dengan adanya kehendak itu manusia dapat meningkatkan kedudukannya atau dapat juga menurunkan kedudukannya di sisi-Nya. Pemberian kehendak kepada manusia seperti itu terkait erat dengan sifat Allah Swt. yang bersifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maksudnya, Allah Swt. mewujudkan kasih sayang-Nya kepada manusia. Alam semesta ini diciptakan secara otoriter oleh Allah Swt., karena Dia-lah Pemiliki Tunggal seluruh alam semesta ini. Allah berhak menetapkan apa saja menurut kehendak dan kewenangan-Nya. Peraturan semacam itu berlaku bagi segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah. Allah Swt. boleh berkehendak yang baik maupun yang buruk.
Kita harus meyakini, bahwa kapan pun kita berkehendak yang baik, maka Allah Swt. akan menjadikannya sesuai dengan kehendak-Nya. Demikian pula jika kita berkehendak yang buruk. Akan tetapi, adakalanya Allah Swt. tidak mau menjadikan keburukan bagi seseorang, karena Dia masih merasa sayang kepada orang tersebut. Misalnya, ada seseorang yang ingin menyesatkan orang lain dengan berbagai cara, sehingga ia condong ke sana atau ia condong untuk berbuat kesesatan. Akan tetapi, karena Allah Swt. masih merasa sayang kepada orang itu, maka Allah tidak akan menciptakan kesesatan baginya. Sebab, Allah Swt. mengetahui bahwa orang itu adalah orang baik di masa lampau, atau di masa yang akan datang. Sehingga Allah Swt. menghalanginya untuk berbuat kesesatan, atau dari berbuat keburukan. Itulah yang dimaksud karunia Allah Swt. kepada hamba-Nya. Termasuk juga seseorang yang masuk ke dalam surga, maka orang itu tidak masuk surga dengan amal kebajikannya, akan tetapi ia masuk surga karena mendapat rahmat dari sisi Allah Swt.. Yang penting, janganlah manusia berbuat kejahatan, agar ia tidak diharamkan oleh Allah Swt. mendapat kebaikan dari sisi-Nya.
- Dibuat oleh