Metode Belajar dan Mengajar Fethullah Gülen Hojaefendi
Sepanjang sejarah pemikiran dan program-program universal yang membangun kemanusiaan, sebagaimana seperti struktur otak yang menjadi pusat kontrol semua kegiatan manusia, maka di dunia terdapat pula para pemimpin gerakan yang dengan tindakan nyatanya telah membuka berbagai era baru. Namun hanya sedikit dari mereka yang merupakan manusia yang memiliki tidak hanya pemikiran namun juga tindakan nyata. Apalagi sangatlah jarang untuk menemukan seorang pemimpin yang memiliki keyakinan mewujudkan peta pemikirannya pada aksi nyata serta mengubahnya menjadi sebuah model percontohan. Pada masa kehidupan kita saat ini, salah satu tokoh terdepan yang mampu merangkul kemanusiaan dengan pemikiran dan aksi nyatanya adalah Fethullah Gülen Hocaefendi (baca: Fethullah Gülen Hojaefendi). Di seluruh dunia, di berbagai tempat berbeda telah dilakukan atau dibuat berbagai simposium, diskusi panel, penulisan buku, tulisan untuk program doktor maupun master tentang Fethullah Gülen Hocaefendi dari berbagai perspektif yang berbeda.
Fethullah Gülen Hocaefendi, melalui berbagai buku, makalah, kajian/ceramah, konferensi, berita dll.tentang beliau dapat dipahami sebagai seorang yang memiliki tingkat keilmuan, kebijaksanaan dan “kode budaya” yang sangat tinggi. Kepribadian beliau ini bersumber dari Alquran dan Hadis serta dari kitap-kitap klasik maupun kontemporer tentang dasar-dasar keilmuan Islam yang bersumber dari Alquran dan Hadis itu sendiri, seperti ilmu tafsir, sirah, fikih, tasawuf, dan kalam. Di samping itu Hocaefendi juga dikenal memiliki pemahaman yang sangat tinggi di berbagai bidang berbeda; dari sastra hingga sejarah, dari sosiologi hingga peradaban klasik Timur-Barat, berbagai filsafat pemikiran dan sejarah.
Jika ditilik dari karya-karya tulisan maupun perkataan serta berbagai reportase dengan beliau dapat dipahami bahwa Fethullah Gülen Hocaefendi membaca beragam buku mulai dari tulisan para pemikir Timur seperti Maulana, Sâdî, Hâfiz, Molla Jâmî, Firdausî, Anwarî hingga para pemikir barat yang paling tersohor seperti Balzac, Voltaire, Rousseau, Kant, Zola, Geothe, Camus, Sartre; bahkan beliau juga membaca tulisan-tulisan Bernard Russel, Pushkin, Tolstoy dan berbagai pemikir lainnya; beliau juga dikenal meninjau berbagai referensi yang sangat beragam mulai dari pemikiran Bacon hingga pandangan Russel serta kita dapat melihat bagaimana beliau memeriksa karya-karya yang menjadi batu pijakan penting dalam kehidupan budaya dan pemikiran barat seperti karya Pascal, Hegel dan Dante. Tidak kurang pula kita dapat melihat bahwa beliau membaca sekaligus menganalisa secara mendalam karya tulisan dan puisi dari para sastrawan dan pemikir Turki seperti Fuzulî, Bâkî, Nef'î, Şeyh Galip, Leyla Hanım dan tidak ketinggalan pula nama-nama besar seperti Namık Kemal, Şinasi, Tevfik Fikret, Mehmet Âkif Ersoy, Yahya Kemal, Necip Fazıl, Nureddin Topçu, Cemil Meriç, dan Sezai Karakoç.
Kami percaya bahwa akan sangat bermanfaat untuk mengetahui bahwa beliau membaca berbagai buku-buku ilmu keislaman dari berbagai cabang ilmu, bagaimana latar belakang pendidikan beliau dan buku-buku apa sajakah yang beliau baca pada masa tersebut –tentu saja sejauh yang bisa kami ketahui- sebelum sampai pada penjelasan tentang metode pelajaran dan pengajaran Hocaefendi. Tentu saja sebelumnya guru kami Bapak Ahmet Kurucan telah menjelaskan sebagiannya pada bagian pengantar buku Hocaefendi yang berjudul Fasıldan Fasıla jilid 1; Pada sebuah simposium Internasional di Kairo, Mesir pada 19-21 Oktober 2010 bertajuk ‘Masa Depan perdamaian Dunia Islam: dalam Kaitannya dengan Pengalaman Gerakan Fethullah Gulen”, seorang Profesor di bidang Sains, Prof. Ibrahim Ganim Beyyumi tertarik bahwa dengan mengutip dari buku-buku di berbagai bidang berbeda seperti tafsir, hadis, adab dan fikih, kalam,serta tasawuf, Hocaefendi membentuk sebuah model hizmet atau pengabdian khidmahnya berdasarkan Alquran dan Sunnah.
Setelah adanya penutupan madrasah-madrasah dari masa Kesultanan Osmani, Para guru yang dihasilkan dari sistem pada saat itu kemudian mengajarkan tata bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama pada sistem pendidikan madrasah klasik di berbagai tempat di daerah Anatolia. Hocaefendi pun mengenyam pendidikan dengan sistem madrasah tersebut di kota Erzurum.
Kita dapat mengelompokkan karya-karya yang dibaca Hocaefendi pada masa beliau belajar di Erzurum tersebut ke dalam dua kelompok: yang pertama adalah karya-karya yang berhubungan dengan ilmu Tata Bahasa Arab dan Balaghah sedangkan kelompok kedua adalah karya-karya yang berisi tentang ilmu-ilmu ke-Islaman dari berbagai cabangnya.
Dari kitab-kitab tersebut, pada bidang yang berkaitan dengan tata bahasa Arab (kosa kata, anatomi kata) terdapat judul-judul seperti Amsila, Bina, Maqsud, Izzi dan al-Maroh.
Sementara dari bidang Nahwu (Struktur dan Ciri Penyusunan kalimat) terdapat Awâmil, Izhar, Kâfiya dan Molla Jâmî. Dari semua karya tersebut beliau bahkan menghafal kitab Awâmil dan Kâfiya.
Dari kitab-kitab yang berhubungan dengan ilmu ke-Islaman, untuk bidang ilmu fiqih beliau mempelajari kitab Multaqa al-Abhur, dari bidang usul-i fiqih : Mir’âtu’l-Usûl’u dari ilmu Balaghah ada kitab Talhis, Muhtasaru’l-Ma’ani dan Majmau’l-Mutûn yang juga masuk dalam kategori kitab balaghah juga; dari ilmu kalam komentar Alliyul-Kâri dari Ǚşi terhadap kitab Bad’u’l-Amâlî serta beliau membaca juga Tawaliu’l-Anwâri karya Kâdı Beyzâwî. Dari buku-buku ini beliau menghafal teks Talhis dan Bad’u’l-Amâlî.
Dari buku-buku tafsir beliau menyelesaikan membaca Jalâlain dan Anwar al-Tanzil karya Kâdi Bayzâwi. Dari karya yang berhubungan dengan ilmu logika beliau membaca Mughni al-Thullâb dan ulasan Harputi dari karya Kasidah Burdah karangan Imam Busiri.
Kami yakin dengan sedikit melihat apa saja yang beliau baca dan tentang tehnik membaca pada masa itu akan sangat bermanfaat bagi kita semua.
Metode pembacaan dari beberapa kitab-kitab yang sudah kami sebutkan di atas adalah sebagai berikut: Para murid diminta menghafal Kitab Amsila hingga bagian titik dan komanya sekalipun. Untuk kitab-kitab Bina, Maqsud dan izzî akan dijelaskan terlebih dahulu oleh guru pada pelajaran pertama. Pada pelajaran hari berikutnya, murid akan membaca dan memberikan rangkuman dari pemahamannya terhadap bagian tersebut pada gurunya. Bab-bab pada kitab Bina, bentuk-bentuk pada kitab Maksud serta kaidah-kaidah pada i’lâl akan dihafalkan secara cermat dan teliti.
Kitab-kitab Ilmu Nahwu seperti Awamil, Izhar, Kâfiya, dan Molla Jamî diajarkan juga dengan cara yang sama. Para murid akan merangkum dan menjelaskan pemahamannya tentang pelajaran satu hari sebelumnya pada sang guru. Dari kitab-kitab ini, murid diminta untuk menghafalkan teks-teks yang ada pada Awamil dan Kâfiya, sementara dari kitab Izhar, murid diminta untuk mengetahui dan memahaminya.
Setelah Hocaefendi selesai menamatkan membaca kitab-kitab Amsila, Bina, Maksud, dan Izzî, beliau lalu mulai membaca kitab-kitab nahwu. Setelah selesai membaca Awamil dan Izhar , sebelum beliau membaca kitab yang selanjutnya yaitu Kâfiya, Gurunya memasukkan beliau ke kelompok murid yang membaca Molla Jamî. Bersamaan dengan itu beliau menghafal juga kitab Kâfiya. Setelah Molla Jamî selesai tanpa harus mengikuti pelajaran dari kitab-kitab selanjutnya beliau langsung bisa melanjutkan pada kitab-kitab ilmu Balaghah yaitu Mukhtasar al-Ma’ani sambil secara mandiri menghafalkan teks-teks dari Talkhis. Pada sistem madrasah zaman itu murid-murid yang telah membaca kitab-kitab di tingkat atas dapat melakukan diskusi dengan murid-murid yang membaca kitab-kitab di bawahnya. Dengan cara ini terkadang seorang murid akan membahas sebuah kitab hingga lima puluh kali sehingga dengan mudah dapat menghafalnya juga. Menurut penuturan Hocaefendi mereka bahkan sampai menghafal bagian penjelasan dan catatan kakinya sekalipun.
Pada kondisi kota Erzurum yang sangat sulit pada masa itu, setelah menyelesaikan pendidikannya dengan cara yang sedikit kami singgung di atas akhirnya Hocaefendi menamatkan pendidikannya dan saat memulai tugas beliau juga membaca buku dan kitab-kitab yanga akan kami sebutkan di bawah ini berdasarkan cabang-cabang keilmuan masing-masing bersama murid atau santri-santri beliau yang sangat haus pada ilmu dan pengetahuan.
Buku-Buku yang Beliau Baca
Pada bagian ini kami ingin memberikan gambaran tentang buku-buku yang pertama-tama dibaca (tentu saja semampu yang kami bisa ketahui) oleh Hocaefendi yang sepanjang hidup mendedikasikan dirinya pada pendidikan dan pada setiap kesempatan selalu membaca atau mengajak orang untuk membaca dan bagaimana buku-buku tersebut memberikan dasar pemikiran pada tulisan-tulisan beliau tentang berbagai cabang ilmu Islam di masa selanjutnya serta tentang metode-metode beliau.
Tafsir
Hocaefendi yang mengatakan bahwa: “Walaupun sebagian orang dapat mengerti beberapa hal dari Alquran al-Karim, namun untuk benar-benar memahaminya secara mendalam dibutuhkan sebuah perangkat dan itu adalah pekerjaan yang diampu oleh bidang ilmu tafsir dan ta’wil” ini, pada bidang ilmu ini membaca buku-buku sebagai berikut:
- Tafsir al-Jalâlain. Karya yang mulai dikerjakan oleh Jalaluddin al-Mahallî (864/1459) dan diselesaikan oleh Jalaluddin as-Suyutî (911-1505) ini diberi judul sesuai dengan nama kedua mualif ini, adalah sebuah karya tafsir yang pendek namun memuat intisari yang penting dari Alquran, terdiri dari satu jilid.
- Tafsir Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta'wil (2 jilid) karangan Nâsiruddin Abdullah bin Umar Baidlâwî. Karya yang lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Baidlâwî ini merupakan sebuah tafsir yang sangat terkenal, merangkum pandangan para mufassir, singkat, padat dan memuat pula sisi mukjizat dan balaghah Alquran.
- Tafsir Mukhtashar Tafsîr al-Qur'ân al-Adzim (3 jilid) merupakan karya Abu al-Fidâ Ibnu Katsir (774-1341) yang dirangkum oleh Muhammad Ali al-Sâbûnî. Kitab ini merupakan salah satu karya yang paling penting yang memuat pandangan tafsir Quran, hadis, para sahabat dan Tabiin terhadap kitab Alquran. Hocaefendi beberapa kali mengajarkan kitab tafsir ini pada beberapa kelompok berbeda.
- Mukkadimah dari tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamahsyarî.
- Al-Tafsir Fî Dzilâl al-Qur'ân (6 jilid) karya Sayyid Qutb (1966), sebuah karya tafsir yang ditulis di abad ini yang memberikan barometer penting tentang kedalaman Alquran di bidang sastra, sosiologi, dan psikologi dalam pemahaman Alquran. Saat Hocaefendi mengajarkan tafsir ini pada murid-muridnya seringkali air mata beliau mengalir tak terbendung. Seringkali beliau menekankan pada bagian-bagian yang tidak disetujuinya pada beberapa pendapat Sayyid Qutb di tafsir ini, beliau mengatakan bahwa mungkin saja pendapat-pendapat yang dinyatakan oleh Sayyid Qutub karena pengaruh kondisi atau keadaan yang sangat sulit yang dialaminya pada masa itu.
- Rawai' al-Bayan Tafsir al-Âyâti al-Ahkâm (2 jilid) karya Muhammad Ali as-Sâbûnî (kontemporer). Karya ini adalah tafsir ahkâm yang berisi tentang ayat-ayat ahkâm (ayat Alquran tentang hukum-hukum Islam) dan menyajikan hukum-hukum baru berdasarkan ayat-ayat tersebut dengan uslûb dan urutan yang baru.
- Tafsir isyârât al-i'jaz fî Madzanni al-i'jaz karya Bediüzzaman Said Nursî(1960), adalah sebuah tafsir yang sangat unik, yang memberikan tafsir lengkap tentang Surat Al Fatihah dan Surat Al Baqarah ayat ke-32. Hocaefendi sering mengajarkan tafsir ini pada murid-murid beliau dalam versi bahasa Arab-nya.
- Hak Dîni Kur'ân Dili (9 jilid) karya M. Elmalılı Hamdi Yazır (1942). Berkenaan tentang tafsir ini Hocaefendi berkata bahwa: “Bahkan tidak ada tafsir berbahasa Arab yang mampu menandingi karya ini; bahkan Tafsir-i Kabir karya Hamdi Yazır yang merupakan penerus muffasir besar Fakhruddin Razi sekalipun tidak bisa menyaingi tafsir karya Elmalılı ini” (Fethullah Gülen, Kendi Dünyamıza Doğru, hal.89). Belakangan beliau membuat sebuah buku pelajaran yang merupakan rangkuman dari bahan pengajaran beliau kepada murid-muridnya tentang kitab ini. Yakni, tafsir karya almarhum Elmalılı ini harus dipelajari secara komparatif dengan tafsir-tafsir berikut:
- Kitab al-iqnâ fi al-Qiraat al-sab' (2 jilid) karya Ibnu Bâzisy (1145), buku ini adalah sebuah karya terkenal yang menjelaskan ilmu Qiraat Mutawatir. Pada setiap kesempatan dengan sangat serius Hocaefendi selalu menekankan bahwa setiap muslim harus belajar cara tilawah atau membaca Alquran setidaknya bagi bacaan sholat mereka, dan bahwa ilmu Qiraat adalah sebuah kekayaan yang sangat penting pada khazanah budaya islam kita yang bersumber pada wahyu-Nya. Beliau juga selalu menekankan bahwa kekayaan khazanah Islam ini harus dihidupkan kembali. Beliau mengajarkan kitab ini pada murid-muridnya dan meminta mereka agar setidaknya menguasai teori ilmu Qiraat.
- Ta'wilât al-Qur'an karya Imam Maturidi (333/944).Ketika tafsir yang memuat komentar, pemikiran dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh Imam Maturidi, seorang Imam yang ahli di bidang akidah dan Ilmu kalam serta merupakan seorang imam penting bagi golongan Ahlussunnah wal Jamaah ini sampai ke tangan Hocaefendi maka segera beliau mulai mengajarkannya pada para muridnya.
Imam al-Maturidi-Ta'wilâtü al-Qur'ân, Zamakhsyari-al-Kasyyaf, Fakhruddin Razi-Mafatih al-Ghaib, Baidlawi-Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta'wil, Abu Hayyan-Bahr al-Muhith, Abu al-Su’ud-İrsyadu Aqli al-Salim ilâ Mazâyâ Kitab al-Karim, Thanthawî Jauharî-al-jawâhir fî Tafsir al-Qur'ân al-Karim, Sayyid Qutub -Fi Dzilâl al-Qur'ân, Molla Badruddin Sanjar-Adwa’ al-Bayan, Bediüzzaman Said Nursi-Risale-i Nur Külliyatı.
Selain buku-buku yang telah disebutkan sebelumnya, berkaitan dengan bidang ilmu tafsir, Hocaefendi juga membaca dan mengajarkan kitab Manahil al-‘irfan (2 jilid) yang ditulis oleh Muhammad Abdul’adzim az-Zarqani. Karya ini adalah sebuah kitab yang sangat bagus dalam menjawab banyak pertanyaan dan permasalahan pada masa ini berdasarkan ilmu tafsir lama namun menggunakan pendekatan dan cara yang lebih modern.
Hadis
- Karya dari Muhammad bin Ismail Bukhari (194/810) atau yang secara singkat lebih dikenal dengan sebutan Sahih al-Bukhari dan merupakan kitab yang paling sahih setelah Alquran ini telah diajarkan oleh beliau berulang kali. Cara pengajarannya disampaikan dalam dua cara. Cara yang pertama adalah dengan hanya membaca dan mengajarkan langsung dari teks-teks Sahih Bukhari. Sementara cara kedua adalah dengan mengajarkan kitab ini bersama dengan kitab-kitab anotasinya yang lain.
- Kitab berjudul Al-Musnad al-Sahih (5 jilid) karya dari Abu al-Husein Muslim bin Hajjaj'ın (261/874) ini disebut juga dengan kitab Shahih. Terkenal karena sistem pengurutannya yang sangat sempurna dan juga memuat berbagai variasi dari setiap hadis secara sistematik.
- Kitab Sunan (4 jilid) karya dari Abû Dawud al-Sijistânî (275/888). Kitab ini memiliki tempat khusus dan penting di antara kitab-kitab hadis lainnya. Ciri khasnya adalah dengan menempatkan hadis-hadis ahkam yang telah diklasifikasikan berdasarkan bab-bab fiqihnya. Kitab Sunan yang paling penting adalah Kitab Sunan karya Abu Dawud. Hocaefendi seringkali mengajarkan kitab ini bersama-sama dengan karya-karya anotasinya sebagai berikut:
- Kitab Sunan Tirmidzî atau lebih dikenal dengan al-Jâmi karya Muhammad bin Isa bin Sawra at-Tirmidzî (279/892). Hocaefendi mengajarkan kitab ini bersama karya anotasi berjudul al-Mubârakfûrî (1353/1934) Tuhfat al-ahwadzî (10 jilid) hasil tulisan dari Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim. Pada bagian-bagian dimana Mubarakfurî mengkritik pendekatan Madzhab Hanafi maka Hocaefendi akan meminta salah satu muridnya untuk membaca teks atau meringkas bagian dari kitab I'lâ al-Sünan karya dari Tahanawî yang menguatkan atau menjadi dalil penguat dari pemikiran madzhab Hanafi. Dengan cara seperti inilah pelajaran diberikan.
- Kitab Al-Muwattha (2 jilid) karangan Malik bin Anas (179/795) yang merupakan salah satu karya buku yang termasuk kategori pengklasifikasian yang paling awal ditulis. Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan pembagian ilmu Fiqihnya. Karya ini mementingkan untuk meletakkan pula perawi yang mawquf dan maqthu dari kalangan ‘sahabat’ dan tâbiîn disamping para perawi yang marfû.
- Kitab Sunan (2 jilid) karya dari Ahmad bin Ali bin Shuaib an-Nasa-i (303/915). Karya ini terkenal karena pemilihan hadis-hadis dilakukan berdasarkan urutan dan diberikan hingga pada perbedaan yang paling kecil sekalipuan dari setiap riwayat hadis, yang paling penting adalah sangat mementingkan kesahihan periwayat hadis dengan kriterianya sendiri memilih hadis yang perawinya benar-benar bisa dipertangungjawabkan dan tidak ada keraguan atasnya.
- Kitab at-Tâj al-Jâmi' (5 jilid) karya M. Ali Nâsif (kontemporer) yang merupakan kitab kompilasi hadis yang diurutkan berdasarkan pembagian ilmu Fiqihnya. Penulis memilih hadis-hadis dari kitab-kitab Bukhari, Muslim, Abu Dawwud, Tarmidzi dan Nasai, kemudian menyempurnakan penjelasan-penjelasan yang tidak terdapat pada kelima kitab ini dengan mengambilnya dari kitab Musnad karya Ahmad bin Hanbal, Kitab Muwattha karya Imam Malik, Sunan karya Ibnu Majah dan Mustadrak karya Hakim. Kitab ini diajarkan beberapa kali oleh Hocaefendi di beberapa kesempatan berbeda.
- Kitab Ukûdu Jawahir al-Munifa (2 jilid) karya Murtadla al-Zabîdî (1205/1790) merupakan sebuah buku penting yang menyebutkan variasi-variasi yang ada pada Kutub al-sittah sembari menggunakan ketentuan yang ada pada ijtihad dari aturan madzhab Hanafi. Hocaefendi selalu menyarankan untuk membaca dan mengajarkan buku ini di setiap kesempatan.
- Kitab Kanz al-‘ummâl (16 jilid) karya Ali el-Muttaqî(975/1567). Hingga saat ini, buku ini merupakan salah satu kitab kompilasi hadis terbesar yang pernah ada, terdiri lebih dari 46 ribu hadis. Dari 16 jilid seri buku ini, Hocaefendi membaca sepuluh jilidnya selama bulan Ramadhan dan membaca 6 jilid sisanya bersama para murid beliau dalam waktu 6 bulan.
- Kitab Riyadh al-Shalihin min kalâm Sayyid al-Mursalin karya dari Zakaria an-Nawawi (676/1277). Ketika mengajarkan kitab ini Hocaefendi menandai hadis-hadis yang paling besar dari masing-masing bab dan meminta murid-muridnya untuk menghafalkannya dan kemudian meminta para murid untuk memberikan setoran hafalan hadis-hadis tersebut pada setiap pelajaran. Jumlah hadis-hadis yang secara khusus ditandai oleh beliau dari kitab ini ada sekitar 550 hadis.
- Kitab al-Syifâ bi ta'rif huquq al-Musthafa (2 jilid) karya Qâdlı ‘Iyâdl (544/1149), yaitu sebuah buku yang sangat terkenal yang berisi tentang berbagai ciri khas atau keutamaan yang mengenalkan kita pada sosok Rasulullah Muhammad SAW dan beberapa adab serta bentuk penghormatan yang harus kita tunjukkan kepada Beliau SAW.
- Kitab al-Lu'lu wa al-marjan (2 jilid) Karya dari Muhammad Fuad Abdülbaqi (1388/1968), merupakan sebuah karya yang berisi hadis-hadis yang paling diakui kesahihannya menurut kesepakatan Imam Bukhari dan Muslim.
Hocaefendi mengajarkan Sahih Bukhari bersama dengan kitab-kitab anotasi berikut ini:
- Kitab Irsyad al-Sâri li Syarh Shahi al-Bukhârî karya Qastallânî (923/1517). Buku ini juga diajarkan di madrasah-madrasah pada zaman Khalifah Usmaniyah. Di dalamnya berisi informasi-informasi singkat yang berkaitan dengan nama-nama, kosa kata dan ungkapan-ungkapan yang dipakai pada hadis-hadis yang terdapat pada Sahih Bukhari.
- Kitab Umdat al-Qârî fi Syarh Shahih al-Bukhârî (20 jilid) karya Badrüddin al-Aynî (855/1451) yang merupakan salah satu kitab anotasi yang paling penting dari Sahih Bukhari. Kitab ini merupakan karya anotasi atas kitab Bukhari yang paling berbobot jika ditilik dari segi nakil (teks) dan tahkiknya, selain itu secara analisa dan pemeriksaan kesahihannya juga yang paling rapi di antara kitab-kitab lainnya. Merupakan sebuah anotasi yang paling penting yang pernah ditulis dengan berdasarkan pada Madzhab Hanafi dan dikomparasikan dengan pandangan dari madzhab-madzhab lainnya.
Biasanya saat murid-murid Hocaefendi membaca teks-teks Shahih Bukhari, maka beliau akan memperhatikan dan mengikuti dari segi kitab anotasinya. Sejauh yang bisa kami ketahui kitab Umdat al-Qârî ini diajarkan pada murid-murid beliau dari berbagai kelompok di beberapa waktu masing-masing sebanyak dua kali.
- Fath al-Bârî fi Syarh Shahih al-Bukhârî karangan Ibn Hajar al-Asqalânî (852/1448). Karya ini diakui sebagai anotasi terbaik dari Shahih Bukhari dari berbagai segi ilmu hadis, keindahan takrir (pengulangan)nya serta dari segi ketinggian bahasa ungkapan yang ingin disampaikannya. Merupakan karya anotasi Shahih Bukhari yang paling terkenal dan terdiri dari 14 jilid. Hocaefendi akan membacakan dan mengajarkan kitab anotasi ini dari awal hingga akhirnya lengkap beserta dengan para perawinya.
a. Kitab Badzl al-Majhûd fi Hall Abî Dawud (10 jilid) tulisan dari Khalil Ahmad as-Saharanfûrî (1346/1927), adalah sebuah karya anotasi yang dibuat berdasarkan asas-asas dari Madzhab Hanafi yang ketika menganalisa dan memeriksa hadis-hadis yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang sedang dibahas menggabungkan ilmu hadis dan fiqih yang sesuai dengan metode yang dipakai oleh para ahli hadis. Murid-murid ketika membaca hadis-hadis begitu pula Hocaefendi ketika harus membaca karya-karya yang berkaitan dengan anotasi menggunakan kitab ini sebagai buku pelajaran acuan.
b. Kitab karya dari Mahmud Muhammad Khattab as-Subkî (1352/ 1933) berjudul Manhal al-Azb al-Mawrud Syarhu Sunan Abî Dawud berjumlah sebanyak 10 jilid. Kitab anotasi Abu Dawud ini adalah karya yang sangat bagus, dipersiapkan dengan sangat sistematis dan sebisa mungkin memberikan tempat khusus pada pandangan berbagai madzhab. Akan tetapi sayangnya karya ini belum terselesaikan. Hocaefendi mengajarkan karya tulis anotasi ini hingga pada bagian tertentu kemudian membaca kitab Sunan karya Abu Dawud dengan sebuah kelompok murid beliau.
Di samping itu, Hocaefendi mengajarkan kitab ini bersama kitab dari Ahmad Muhammad Syakir yang diterbitkan dengan judul ‘al-Bâis al-hasîs dan diperkaya pula dengan catatan-catatan penting dari karya Ibnu Katsir yang berjudul IkhtisharUlûm. Sebagai tambahan beliau sangat menganjurkan juga untuk membaca karya dari seorang ulama ahli ilmu hadis pada masa akhir kesultanan Usmaniyah bernama Ahmad Na’im yang berjudul Tecrid-i Sarih Mukaddimesi yang menurut beliau merupakan sebuah buku yang sangat penting dan menarik perhatian.
Fiqih
Ketika Hocaefendi mengatakan : “Peradaban kita yang telah berlangsung sangat lama sejak berabad silam adalah sebuah peradaban fiqih dan usûl al-fiqih yang berpusat pada pemikiran, akal, nalar dan pertimbangan-pertimbangan yang terbuka bagi siapa saja” maka sepertinya beliau ingin menekankan betapa pentingnya posisi ilmu ini, dan dengan determinasinya bahwa: “ Studi-studi metodologi Fiqih kita telah menunjukkannya sebagai sebuah sistem hukum yang paling sempurna, asas perundangan yang tidak meiliki kekurangan, dari semua sudutnya terbuka pada perkembangan dan dalam bentuk yang dapat merangkul semua generasi, sebuah jalan masuk awal bagi semua pekerjaan yang paling penting”¹ ini beliau seolah ingin menunjukkan sebuah cakrawala pemahaman atas nama semua studi yang memang harus dilakukan dalam bidang ini. Hocaefendi mengatakan bahwa di negaranya Usul al-Fiqh atau Ilmu Fiqih tidak mendapat tempat yang cukup dipentingkan sedangkan tanpa benar-benar memahami ilmunya kita hanya akan selamat dari kemerosotan namun tidak akan mencapai pemikiran yang benar sehingga beliau menyarankan untuk membaca setidaknya 30 judul buku berbeda yang membahas bidang ilmu ini. Berikut ini adalah beberapa buku Fiqih dan Usul al-Fiqh yang diajarkan oleh Hocaefendi:
- Kitab Mukhtasar (1 jilid) yang ditulis oleh Khudlurî (ö. 428/1037). Buku ini merupakan salah satu kitab dasar dari Fiqih Madzhab Hanafi.
- Kitab al-ikhtiyar li ta'lil al-mukhtar karya dari Abü al-Fadl al-Mawsilî (683/1284). Salah satu dari keempat teks dasar Fiqih Hanafi adalah kitab anotasi (penjelas) Mukhtar. Kitab ini adalah sebuah buku yang berfungsi dari sisi metodologi fiqih, permasalahan dan dalil-dalil hukum fiqih. Buku ini diajarkan sebanyak dua kali oleh Hocaefendi.
- Kitab al-Hidâya (2 jilid) yang ditulis oleh Abu al-Hasan Burhânüddin al-Marghînânî (593/1197). Buku ini merupakan salah satu kitab fiqih Hanafi yang paling penting dan terkenal. Selama berabad-abad merupakan salah satu buku ilmu fiqih yang diajarkan secara mendalam di madrasah-madrasah pada zamah kesultanan Osmani. Hocaefendi mengajarkan buku fiqih penting ini bersama dengan kitab anotasi atau penjelasnya yaitu buku Fath al-Qadir karya dari Kamal İbn al-Hümam (861/1457) kepada murid-muridnya pada beberapa kesempatan berbeda sebanyak tiga kali.
- Kitab al-Hadiyyat al-Alaiyya tulisan dari Ala’uddin İbn Abidinzâde (1306/1889). Sebuah buku pendek yang memuat masalah-masalah füruat dari mazhab Hanafi.
- Kitab Multaqa' al-abhur karya dari İbrahim bin Muhammad al-Halabî(956/1549). Buku ini disusun berdasarkan Qawl al-Ashahh (perkataan yang palin benar) pada mazhab Hanafi dan diajarkan di madrasah-madrasah pada zaman kesultanan Usmani sebagai buku acuan dalam kurun waktu yang lama.
- Kitab al-Fiqh al-Islâm wa adillatuhu (9 jilid) yang merupakan karya dari Wahbah Zuhayli. Buku ini merupakan sebuah kitab fiqih ensiklopedia berdasarkan pendekatan mazhab-mazhab dengan dalil-dalil yang menguatkan hasil tulisan dari seorang pengarang muasir/kontemporer. Hocaefendi mengajarkan buku ini hingga jilid ke-6.
- Kitab al-Fiqh al-Hanafî wa adillatuhu (3 jilid) yang ditulis oleh Asad Muhammad Saîd Sağarcî (kontemporer). Sebuah karya yang coba diterbitkan untuk mengetengahkan fiqih Hanafi dengan cara atau uslub yang baru.
- Kitab Fathu Bâb al-‘inayah bi syarh al-Nuqaya (I-III jilid) karangan Ali al-Qârî (1606). Buku karya Ali al-Qârî seorang pengarang bertangan dingin di bidang tafsir, hadis dan kalam ini merupakan sebuah kitab komparatif yang berpusat pada fiqih Hanafi dan mengkomparasikannya dengan dalil-dalil dari keempat mazhab lainnya yang menjadikannya sangat menarik untuk dibaca. Buku ini diajarkan oleh Hocaefendi sembari dibandingkan dengan buku-buku sebagai berikut: Syarîat al-wiqaya karangan Sadru'ş, Muhît al-Burhanî karangan Burhanuddin Maza, Hidaya karangan Marghınani, Majma’ al-Anhur karangan Şeyhzade, Hasyiyat Raddi'l karangan Muhtar İbn Abidin, Hadiyyat al-Alaiyya karangan Ibn Abidinzade, al-Fiqhu al-Islam wa Adillatuhu karangan Wahbah Zuhayli, Hayat-Diyanet İslâm İlmihali, al-Fiqh al-Hanafî wa adillatuhu karangan Asad Muhammad Saîd Sağarcî, Istılahat-ı Fıkhiyye Kamusu karangan Ömer Nasuhi Bilmen.
Ushul Fiqih
Berikut ini adalah karya-karya yang diajarkan oleh Hocaefendi berkaitan dengan ilmu ushul fiqih:
- Karya dari Molla Hüsrew (885/1480), kitab Mir'ât al-Ushul. Kitab ushul fiqih yang diajarkan dalam jangka waktu yang cukup lama pada madrasah-madrasah di zaman kesultanan Usmani ini diajarkan pula oleh Hocaefendi kepada murid-murid beliau dengan metode takrir atau pengulangan.
- Karya dari Abdülkarim Zaydan,yaitu kitab al-Wajiz. Ketika Hocaefendi mengajarkan kitab ushul fiqih ini, beliau akan meminta para murid membaca setiap kalimat per kalimat lalu menerjemahkan artinya, lalu pada pelajaran selanjutnya beliau akan mengulang dan memberikan ringkasan dari pelajaran sebelumnya.
- Karya dari Ibrahim al-Syâthıbî(790/), yaitu kitab al-Muwafaqât (4 jilid). Buku yang merupakan salah satu karya puncak dari ilmu usul fiqih, para murid akan membaca buku ini dalam ketenangan yang amat sangat, kalimat per kalimat sambil diterjemahkan satu persatu lalu kemudian diberikan rangkuman dari awal hingga akhirnya.
- Karya dari Seyyid Bey, yaitu kitab Medhal. Buku berbahasa Usmani kuno ini diajarkan pula oleh Hocaefendi kepada murid-muridnya; para murid akan membaca kitab ini secara tenang lalu pada bagian-bagian tertentu hocaefendi akan memberikan penjelasannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang buku ini. Beliau juga akan mengutarakan keberatannya dengan pendekatan Seyyid Bey pada beberapa hal seperti pada bagian mashlahat misalnya.
Sebagai tambahan dari karya-karya yang telah disebutkan di atas, Hocaefendi juga mengatakan bahwa beliau ingin menjadikan kitab Kasyf al-Asrar karangan dari Abdulaziz al-Bukhari yang telah belaiu baca pada beberapa kesempatan berbeda, sebagai buku pelajaran bagi murid-muridnya.
Tasawwuf
Hocaefendi yang menarik perhatian kita karena hakikat keilmuan Islamnya yang begitu dalam sehingga seolah-olah telah menamatkan berbagai fakultas di sebuah universitas ini menyebut bidang tasawwuf sebagai ‘Kehidupan Kalbu dan Spiritualitas Islam’, ‘pada komentar-komentar para mufassir, riwayat-riwayat para perawi hadis, ijtihad dan istinbat para ahli fiqih; bagi kehidupan riyâdlâh nya sendiri, kehidupan spiritualnya, pemurnian kalbunya, pemurnian diri sendiri, yang hasilnya adalah merasakan agama sebagai sebuah keutuhan, yang pemahaman-pemahamn dan semangat hidup juga ditambahkan pada perkembangan berbagai sekolah yang ada’, beliau yang ketika menuliskan berbagai buku-bukunya selalu memberikan pertimbangan pada hubungan kalbu dengan tindakan haruslah sepenuhnya sesuai pada prinsip-prinsip amal ini juga menyarankan untuk mengajarkan setidaknya pada salah satu dari karya-karya berikut ini. (Fethullah Gülen, Kalbin Zümrüt Tepeleri, 1/7) . Beliau sendiri di samping mengajarkan karya-karya yang berisi tentang ilmu-ilmu seperti tafsir, hadis, fiqih, dan kalam, jika memungkinkan akan pula mengajarkan karya-karya yang menjelaskan ilmu ‘‘Kehidupan Kalbu dan Spiritualitas Islam’ ini pula. Sekarang marilah kita sebutkan beberapa buku yang telah beliau ajarkan kepada murid-muridnya yang termasuk dalam cabang ilmu ini.
- Karya dari Qusyaiyrî(514/1120), kitab al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî Ulûm al-Tashawwuf. Buku ini adalah sebuah karya yang berisi tentang ilmu tasawwuf dalam batasan Alquran dan Sunnah serta merupakan subjek bagi para mutasawwif pada era awal.
- Karya dari Imam Rabbânî, kitab Maktubat (2 jilid). Buku ini adalah salah satu karya terpenting yang mampu membuka cakrawala berfikir pembacanya dengan penjelasan tentang tasawwuf pada awalnya dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan umum dari ilmu-ilmu Islam lainnya. Hocaefendi mengajarkan kitab ini secara cermat pada kelompok-kelompok halaqah-nya dan menyampaikan analisa beliau pada beberapa bagian dari buku ini.
- Karya dari Hâris al-Muhasibî (857), Kitab al-Ri’ayah Li huquqillah. Buku ini menguraikan beberapa kriteria penting dan sensitif bagi seorang muslim yang ingin menjalani hidup dalam keistiqomahan serta selalu berada dalam autokritik bagi dirinya sendiri. Hocaefendi menyarankan untuk membaca setidaknya sekali atau dua kali karya ini.
- Kitab anotasi berjudul Ithâf sâdat al-müttaqîn (14 jilid) yang ditulis oleh Murtadla az-Zabîdî, merupakan kitab penjelas atas karya terkenal İhyâ ulûm al-dîn karangan Imam Ghazâlî. Hocaefendi menjelaskan bahwa pengarang kitab ini adalah seorang yang mumpuni kemampuannya, yang ketika ia membahas ilmu hadis, fiqih, kalam, tasawwuf atau bidang apapun tampak seperti seorang ahli di bidang-bidang tersebut, dengan anotasi dari buku ini kitab Ihya menjadi banyak seperti ada beberapa ihya lagi. Pengajaran dari buku ini masih terus berlanjut.
- Karya dari Abdurrahman Jami (Molla Jami) (898/1492), Kitab Nasfahât al-Uns. Buku ini memuat tentang istilah-istilah tasawwuf dan tingginya aspek maknawiyah dari kehidupan para sufi.
- Karya dari Abdulhakim Arwasî, kitab ar-Riyadl al-Tashawwufiyyah. Sebuah karya dari masa kesultanan Usmani yang secara garis besar menguraikan tentang sejarah tasawwuf, bagian-bagian ilmu tasawwuf dan orang-orang besar pada bidang ini.
Tata Bahasa Arab
Sejauh pemahaman kami, ketika hocaefendi memberikan pelajaran pada murid-muridnya beliau akan menyampaikannya sesuai dengan tingkatan kemampuan masing-masing individu. Pada masa-masa awal beliau akan terlebih dulu mengajarkan tata bahasa Arab klasik barulah kemudian murid-muridnya akan menerima pelajaran tentang materi buku-buku yang terbit pada masa sekarang. Berikut ini adalah beberapa buku yang beliau ajarkan:
- Amsila. Buku ini adalah sebuah risalah pendek yang menjelaskan tentang bentuk-bentuk kata benda dan kata kerja yang berkaitan dengan aturan dan kaidah bahasa Arab, diberikan pula penjelasan dengan menggunakan contoh-contohnya, pengarangnya tidak diketahui. Risalah tata bahasa kecil yang dihafal oleh santri-santri di madrasah selama ratusan tahun ini, juga dihafal oleh murid-murid Hocaefendi.
- Binâ. Buku ini juga tidak diketahui penulisnya dan di dalamnya dijelaskan tentang 35 aturan yang berfungsi dalam bentuk turunan kata (konjugasi) yang memungkinkan sebuah kata memiliki banyak makna turunannya. Buku ini juga biasanya dihafal oleh para santri di madrasah sebagai buku tata bahasa dasar.
- Maqsud. Sebuah karya anonim. Sebuah buku yang dı dalamnya terdapat bagian penjelasan yang diberi judul ‘sharaf’ yang membahas anatomi kosa kata bahasa Arab, kitab ini diajarkan pula di madrasah-madrasah zaman kesultanan Usmaniyah. Hocaefendi mengajarkan buku ini dengan metode takrir.
- Kitab İzzî karya dari İzzeddin Abdülwahhab bin Ibrahim az-Zinjânî (1257). Sebuah kitab yang cukup terkenal di dalamnya terdapat penjelasan tentang bab-bab sharaf, nahwu dan lughah. Buku ini juga diajarkan dengan metode takrir.
- Kitab ‘Awamil karya dari Imam Birghiwî (981/1573). Buku ini adalah sebuah kitab sang pendek namun sangat padat, yang menjelaskan bab-bab dasar dari ilmu nahwu beserta contoh-contohnya seperti perubahan bentuk kosakata berdasarkan imbuhan akhirnya, harf-i jarr, pebuhan-perubahan pada akhir kata (i’rab). Teks-teks pada buku ini dihafalkan oleh murid-murid.
- Kitab İzhar al-Asrar fi'al-Nahw, Karya Imam Birghiwî (981/1573). Buku ini lebih banyak membahas tentang struktur kalimat dalam bahasa Arab yang disebut sebagai ‘nahwu’. Buku yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai buku anotasi atau penjelas dari kitab Awamil ini, diajarkan di madrasah-madrasah pada zaman Kesultanan Usman sebagai buku pelajaran. Hocaefendi memberikan penjelasan yang sangat mendalam tentang ketika mengajarkan buku ini lalu sembari dengan metode takrir beberapa kali teks-teksnya dihafalkan oleh murid-murid beliau. Terdapat rekaman audio dari pelajaran ini.
- Kitab al-Kâfiya karya dari İbnü'l-Hâjib (646/1249). Buku ini adalah sebuah kitab nahwu yang selama berabad-abad diajarkan di madrasah-madrasah kesultanan Usmani yang di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan dengan contoh-contoh dan di samping itu terkadang diberikan pula falsafah dari bahasa tersebut, dan merupakan buku yang diajarkan bagi murid dengan tingkatan yang lebih tinggi.
- Kitab al-Fawaid al-Dliyaiyyah, Karya dari Abdurrahman Jâmi (898/1492). Buku ini adalah anotasi bagi al-Kâfiya. Pengarang buku ini lebih dikenal dengan julukan Molla Jami atau Jâmi saja. Buku yang berkaitan dengan ilmu nahwu ini diajarkan di madrasah-madrasah tidak hanya pada zaman Kesultanan Usmani namun juga hampir di seluruh madrasah Islam di berbagai tempat, dan dianggap sebagai buku terakhir di bidang ini yang paling lengkap penjabarannya. Hocaefendi mengajarkan buku ini pada murid-murid di tingkat awal.
- Kitab al-Nahw al-Wâdlih (2 jilid), karya dari Ali Jârim-Mustafa Emin. Buku ini merupakan kitab tata bahasa yang sangat sistematis menjelaskan ilmu saraf dan nahwu secara bersamaan dengan metode penjelasan bahasa Arab secara modern. Buku ini diajarkan oleh Hocaefendi secara berulang kali.
- Kitab Syarhu Ibn Aqîl alâ Alfiyah Ibni Malik karya dari Bahauddin Abdullah bin Aqil (729). Buku ini merupakan salah satu karya anotasi terpenting dari kitab Alfiyah karya ibnu Mâlik yang menjelaskan tata bahasa Arab dalam seribu bait. Ketika buku ini mulai diajarkan, tujuan utama Hocaefendi adalah agar murid-murid beliau dapat menghafalkan teks-teks pada kitab Alfiyah. Akan tetapi setelah 30-40 bait dihafalkan jika murid-murid mengalami kesulitan Hocaefendi akan menyerahkannya pada keinginan sang murid itu sendiri. Secara singkat buku ini diajarkan dengan cara berikut ini. Pertama-tama murid akan membaca baitnya lalu kemudian menterjemahkannya, kemudian dilakukan i’râb dari bait tersebut barulah kemudian dibaca anotasinya.
- Kitab Jâmi al-dürus al-‘arabiyya, karya dari Mustafa Ghalayinî. Ini adalah salah satu buku tata bahasa Arab yang ditulis pada masa-masa akhir ini. Ketika mengajarkan buku ini, Hocaefendi akan meminta para muridnya untuk membaca kalimat per kalimat dari teks yang ada lalu kemudian diterjemahkan satu per satu. Makna dari puisi-puisi diberikan sambil ditunjukkan titik istishod pada puisi tersebut. Buku ini akan diulang diajarkan sebanyak dua kali sambil diberikan terminologinya..
- Kitab Mabâdi al-Dürûs al-Arabiyya, karya dari Muhammad Muhyiddin Abdülhamid.
- Kitab al-Müntakhab wa al-muqtadab fi qawaiid al-ssarf wa al-nahw karya dari Mehmed Zihni Efendi (1846-1913). Buku ini membahasa ilmu saraf dan nahwu secara luas dan menyeluruh serta merupakan sebuah buku dari zaman Osmaniyah yang penuh dengan perumpamaan dan contoh. Sehingga para murid akan membaca buku ini dengan tenang setelah sebelumnya menyiapkan diri mereka terlebih dahulu dengan buku tatabahasa yang sangat lengkap ini, Sambil diberikan latihan-latihannya para murid mempelajari kitab ini dari Hocaefendi.
- Kitab Takallum (3 jilid). Buku ini disiapkan sendiri oleh Hocaefendi ditujukan untuk digunakan sebagai praktek oral berbahasa Arab. Hocaefendi menjelaskan sendiri buku ini dan mengajarkannya dengan memberikan perbandingan-perbandingan. Terdapat rekaman audio dari pelajaran-pelajaran beliau ini.
- Kitab Talkhis al-Miftâh karya dari Khatib al-Kazwini (1338). Sebuah buku yang memberikan ringkasan ilmu balaghah dan diajarkan di madrasah-madrasah hingga masa sekarang. Buku ini diajarkan oleh Hocaefendi pada murid-murid beliau pada masa-masa awal.
- Kıtab Jawahir al-balağhah fi al-ma’ani wa al-bayan wa al-badi' karya dari Ahmad al-Hasyimî. Sebuah buku balaghah klasik yang disuguhkan dalam penyajian yang berbeda, penuh dengan perumpamaan dan definisi-definisi. Para murid Hocaefendi membaca buku ini kalimat per kalimat dan kemudian mengartikannya satu persatu, lalu beliau mengajarkannya dengan memberikan latihan-latihan pengulangan.
- Kitab al-Balâgha al-wâdhihah karya dari Ali Jârim-Mustafa Emin. Sebuah buku yang yang menjelaskan ilmu Balaghah dengan cara dan metode yang baru. Buku ini juga diajarkan dengan cara seperti buku yang sebelumnya. Hocaefendi mengajarkan buku ini pada berbagai kesempatan pada beberapa kelompok murid beliau.
Biasanya saat Hocaefendi mengajarkan sebuah buku yang berhubungan dengantata bahasa pada para muridnya maka beliau akan juga mengajarkan sebuah karya yang berkaitan dengan ilmu Balaghah.Hocaefendi yang melihat bahwa ilmu Balaghah bahasa Arab adalah sebuah ilmu yang penting dan dinamik bagi pemahaman akan Alquran dan Al hadis ini, selalu menyarankan agar ilmu ini selalu diajarkan sehingga benar-benar bisa dikuasai, dan dipahami. Beberapa karya yang diajarkan oleh beliau pada bidang ini adalah:
Ilmu Kalâm
Hoca efendi yang mengatakan bahwa: ” Sistem keyakinan Islam yang membela dengan dalil-dalil akli dan nakli, menjaga pemikiran kaum muslimin agar selalu berada dalam ke-istiqomahan, menghilangkan keraguan dan kekhawatiran yang seringkali terlemparkan atau dilemparkan terhadap agama ini, dan bahwasanya untuk melawan arus sebagian falsafah lama yang keliru hanyalah dengan hakikat yang disebut sebagai "akâid-i hakka-i İslâmiya/Keyakinan terhadap kebenaran Islam" dalam bingkai “sunnah Rasul” yang merupakan keseluruhan dari ilmu pengetahuan”. Beliau juga mengisyaratkan bahwa ilmu kalam adalah salah satu dari “sumber-sumber dasar dari harta warisan budaya kita” yang harus di p-ertimbangkan berkaitan dengan kerangka dasar-dasar syariah (Alquran, Sunnah, Ijma dan Qiyas). (Fethullah Gülen, Kendi Dünyamıza Doğru, hal. 101). Hocaefendi mengajarkan sebagian karya di bidang ini kepada murid-muridnya sebagian lagi mereka membuat ringkasannya. Terutama pada karya-karya Maturidi pada ilmu Kalam yang masih belum terlalu jelas sehingga Hocaefendi sangat menganjurkan untuk mengajarkan karya-karya tersebut mengingat pentingnya buku-buku tersebut. Berikut ini beberapa karya yang berkaitan dengan ilmu Kalam yang diajarkan oleh beliau:
- Kitab Syarhu aqaid al-Nasafiyyah karya dari Sadaddin at-Taftâzânî. Sebuah karya terkenal yang merupakan kitab penjelas bagi kitab Aqidah karya Maturidi.
- Kitab Risala-i Nur Külliyati karya dari ustad Badiuzzaman Said Nursi. Hocaefendi mengajarkan seri koleksi Nur yang menjelaskan bagian-bagain ilmu Kalam dengan uslub yang berbeda dan dengan perspektif yang sangat kaya ini dengan memberikan ringkasan-ringkasannya.
- Kitab al-Aqaid al-Khairiyyah karya Mehmed Wahbi Efendi. Bagian Kalam dari buku ini diajarkan secara terperinci dan selain itu diberikan pula kitab İthâf al-Sâdaat al-Müttaqîn kitab anotasi dari karya Ihya Ulumiddin.
Beberapa dari buku-buku yang diajarkan oleh Hocaefendi juga mencangkup banyak bidang dasar-dasar ke-Islaman. Sehingga kami melihat bahwa untuk buku-buku ini lebih baik diberikan pada kategori tersendiri sebagai “karya-karya Mukhtalif” atau karya-karya yang memuat beberapa bidang keilmuan sekaligus.
Karya-Karya Mukhtalif
- Kitab al-Rasail karya dari Hasan al-Banna (1949).
- Kitab Maqâlât karya dari Muhammad Zahid al-Kawsarî (v.1952). Karya ini memuat beberapa karya tulisan Kawsar yang diterbitkan di beberapa tempat dan disatukan dalam buku ini. Di dalamnya berisi jawaban atas berbagai pertanyaan yang memberikan keraguan atau menggoyahkan keyakinan atas Islam dan ke-Islaman kita pada masa sekarang.
- Kitab Nahj al-Balâghah (Disusun oleh: Abü al- Hasan Syarif al-Radi) karya dari Khalifah Ali R.A.(40/661). Buku ini memuat khotbah-khotbah dan perkataan Khalifah Ali RA. Saat mengajarkan buku ini jika dirasa butuh, Hocaefendi akan juga memanfaatkan penjelasan dari kitab anotasi Syarhu Nahj al-Balâghah karya dari Ibnu Ab al-Hadid (655/1257).
- Kitab Kasida-i Bürda Şarhi karya dari Harputî. Buku ini merupakan karya anotasi dari puisi mashur yang ditulis oleh Imam Bûsiri bagi Rasulullah Muhammad SAW dan dibaca selama berabad-abad.
Buku-Buku yang Dibuat Rangkumannya
Hocaefendi di berbagai kesempatan –walaupun beliau sendiri selalu melakukan kajian bersama teman-temannya sekalipun-selalu ada buku-buku yang diminta oleh beliau untuk dirangkum oleh para muridnya bersama-sama dengan kitab yang diajarkan tersebut. Mengingat banyaknya buku-buku yang harus dibaca dan terkadang tidak semua orang mampu untuk mencapai semuanya, maka Hocaefendi selalu menyarankan pada masing-masing dari murid untuk menpresentasikan ringkasan dari setiap duapuluh halaman atau kurang dari itu, pada setiap buku yang sedang dipelajari dan beliau sendiri melakukan metode ini bersama dengan murid-muridnya. Bahkan Hocaefendi mendapatkan kemanfaatan dari hal ini untuk mencapai sebuah kesadaran kolektif pada kelompok Halaqoh-nya. Beberapa buku yang telah dibuat rangkumannya adalah: karya dari Yusuf Has Hajip-Kutadgu Bilig; karya dari Mustafa Sabri Efendi-Mawkıfu'l-akl wa'l-ilmi wa'l-âlam min Rabbi'l-âlamîn wa Rasûlihi; Karya dari Prof. Dr. Suat Yıldırım-Peygamberimiz'in Kur'ân'ı Tefsiri (Tafsir Alquran Rasul Kita); Karya dari Prof. Dr. Orhan Türkdoğan-Alevilik-Bektaşîlik (Jamaah Alawi-Bektasi).
Karya dari Imam Maturidî-Kitab al-Tauhid, Karya dari Jabirî-Matinya Pemikiran Arab; Karya dari Ismail Fenni Ertuğrul-Hancurnya Madzhab Maddiyun , Wahdat al-Wüjud wa Ibn Arabi, Karya dari İrfan Yılmaz-Teori Evolusi, Karya dari Syurnubi-Hikam al- Athaiyah-karya anotasi, Karya dari Toshihiko-konsep-konsep kunci dari kitab Fushush al-hikam karya İbn Arabî, Karangan N.S. Banarlı-Kunci Rahasia Bahasa Turki, karangan Mehmet Ali Işım-Upanişatlar, karya dari M. Ajjaj al-Hatîp- al-Sünnah Qabla al-Tadwin, Alparslan Açıkgenç-Falsafah Ilmu Pengetahuan, Ahmed Jaudat Paşa-Majallat al-Ahkâm al-‘Adliyah, M. Thahir Ibn ‘Asyur-Maqashid al-Syariah al-İslâmiyyah, İzzuddin Abdülazîz bin Abdüssalam-Qawaid al-Ahkâm fî Mashalih al-Anâm, Sayın Pematah Ranting, Kritik-kritik golongan Ahlussunah pada masa pemerintahan Usmani di bawah naungan cahaya al-Faidl al-Rabbani terhadap kaum syiah karangan dari Ahmet Feyzi Çorumi, beberapa edisi dari majalah-majalah Sızıntı, Yeni Ümit, Yağmur dan Hira.
Sebagai kesimpulan, dapat dipahami bahwa Fethullah Gülen Hocaefendi berguru pada para ulama yang hidup di sekitar tempat tinggalnya di madrasah-madrasah klasik lalu kemudian berhasil membuat sebuah pengembangan yang sangat luas dengan mengajarkan semua pengetahuan yang telah dipelajarinya tersebut pada berbagai kelompok muridnya dalam waktu singkat. Dapat juga dilihat bahwa beliau telah memindahkan banyak buku-buku yang biasanya hanya terdapat pada rak-rak perpustakaan menjadi buku pelajaran acuan atau kitab perbandingan pada kelompok-kelompok halaqoh beliau dengan menggunakan metode yang dipakai di madrasah-madrasah klasik.
Dengan tulisan ini ,sejauh kemampuan kami tentu saja, kami mencoba untuk memaparkan kitab-kitab apa saja yang telah diajarkan oleh Fethullah Gülen Hocaefendi, seorang tokoh yang banyak ditulis pada karya-karya Master dan Doktor dari berbagi sudut pandang keilmuawan oleh berbagai platform ilmu di ke-empat belahan bumi ini, pada bidang ilmu-ilmu Agama Islam hingga saat ini. Bisa jadi ada beberapa buku yang belum kami sampaikan pada tulisan ini. Bagian tentang Metode Kajian Pelajaran Fethullah Gülen Hocaefendi (Pengajaran) akan menjadi topik tersendiri pada makalah yang lain.
- Dibuat oleh